“bisakah kau berhenti mengejarnya dan berganti mengejarku?” Tanya jinyoung.
Malam itu sepulang dari mengantarku menemui Yua, lelaki yang selama setahun ini tengah kusukai.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar jinyoung berkata seperti itu.
“kukira kita sedang makan es krim bukan sedang minum soju, tapi sepertinya kau sedang mabuk jinyoung-ah, hahahaha.. kau kira aku benar2 akan percaya denganmu? Hahahaahaha jebakanmu tidak akan berlaku hari ini, menjadi teman selama 16 tahun kau kira aku tidak hafal dengan kebiasaan jahilmu itu? Hah? Sudahlah ayo kita pulang.”
Kutarik tangannya dan menyeretnya pelan.
Dub dub dub. Kurasakan jantungku yang berdebar dengan kecepatan yang cukup menggila bagiku, bias saja aku mati saat itu juga karena serangan jantung. Demi tuhan apa yang sebenarnya terjadi.
***
“bisakah kau berhenti mengejarnya dan berganti mengejarku?” Tanya jinyoung.
Wanita disebelahnya tengah asik menikmati es krimnya sambil mengayun pelan ayunan yang tengah dinaikinya.
Sedetik kemudian wanita itu tertawa terbahak-bahak.
“kukira kita sedang makan es krim bukan sedang minum soju, tapi sepertinya kau sedang mabuk jinyoung-ah, hahahaha.. kau kira aku benar2 akan percaya denganmu? Hahahaahaha jebakanmu tidak akan berlaku hari ini, menjadi teman selama 16 tahun kau kira aku tidak hafal dengan kebiasaan jahilmu itu? Hah? Sudahlah ayo kita pulang.”
Wanita itu menarik pelan tangan jinyoung dan berjalan ke arah selatan bersama jinyoung.
***
Sepanjang jalan tidak ada satupun kata2 yang keluar dari mulut keduanya, bahkan ketika jinyoung sudah sampai di depan rumahnya.
“jinyoung anneyong~! Naeil bwayoong~” wanita itu berjalan mendahului jinyoung melambaikan tangannya di atas kepalanya tanpa sedikitpun menoleh pada jinyoung.
Jinyoung segera masuk ke dalam rumahnya dan sedikit membanting pintunya.
Wanita itu sedikit terbelalak dan menoleh ke belakang.
“aku selalu berharap kau tidak akan pernah mengatakan hal itu jinyoung, hal yang paling kutakutkan”
***
Keesokan harinya jinyoung sudah menunggu di depan rumah wanita itu lengkap dengan scooter kesayangannya yang berwarna light brown itu.
“yaaaa~~ jung rie… ppali nawaaaaa~~!!!!” jinyoung berteriak di depan rumah wanita itu.
Semenit kemudian wanita itu keluar dengan dua tas kecil di tangannya dan tas ransel di punggungnya.
“ppali kkaja~~” serunya.
Sepanjang perjalanan pun masih sama seperti semalam, tidak ada percakapan seru yang biasa mereka lakukan.
***
“yaaa~~!!! Jinyoung-a~!!! kau mau sampai kapan diam seperti ini ha???” teriak wanita itu saat keduanya tengah makan bekal mereka di taman di belakang sekolah mereka.
“memangnya ada yang harus kita bicarakan lagi?” jawab jinyoung dingin.
“are you being all this serious????” Tanya wanita itu kesal.
Jinyoung sudah menyelesaikan makan siangnya dan berjalan meninggalkan wanita itu sendiri.
“yaaaaa~~!!! Jinyoung-a~!!! berhenti~~~!!!” bentak wanita itu
Jinyoung tidak menggubris panggilan wanita itu dan terus berjalan menjauh.
***
“ohhhh~~~ itu Yua~~!!!” seru wanita itu
“YUA~~~!!! YUA~~~!!!” wanita itu berteriak memanggil seorang anak laki2 muda yang kini tengah berjalan ke arahnya.
Senyum lebar terpampang jelas di wajah wanita itu.
“noona~~ apa yang kau lakukan disini?” Tanya anak laki2 itu
“ahhhh aku baru saja selesai makan siang, kau sudah makan?” Tanya wanita itu.
“nee, sudah noona” jawab laki2 itu dengan senyum di wajahnya.
***
Laki2 ini cukup tampan, dengan usia yang masih 18 tahun tingginya sudah lebih dari 180 cm, cukup tinggi ditambah dengan perawakan badannya yang proporsional. Laki2 ini tak lain hoobae dari jung rie yang juga mengambil music major di seoul arts university. Suara lembutnya saat latihan bersama dengan laki2 ini yang melelehkan hati jung rie dan mulai mengaguminya.
“yua, kau ada waktu sepulang sekolah hari ini?” Tanya wanita itu
“ahhh, maaf noona.. aku ada janji..” jawab laki2 itu pelan
“ah,, keurokuna.. gwenchana..” wanita itu tersenyum tipis.
“ahhh noona, aku ada hal yg ingin kubicarakan dgn noona, bisakah ku katakana sekarang?” Tanya laki2 itu
“ehhh?? Neee???” wanita itu terkejut dengan pertanyaan laki2 itu yang tiba2.
“ohh tuhan, apakah ini adalah jawaban dari doaku selama ini.. yua akan mengatakan perasaannya padaku, ohh tuhan apa yang harus aku lakukan tuhan..”
“bisakah noona berhenti mengejarku??” Tanya laki2 itu secara langsung
“neee???!!” wanita itu terbelalak mendengar pertanyaan laki2 itu.
“aku menyukai salah seorang temanku noona, tapi dia bilang dia tidak mau denganku karena tak enak denganmu,” jawabnya
“haah?? Ahhh waeee??” wanita itu sedikit gagap karena rasa gugup yang tiba2 menyerangnya.
“noona, bukan berarti aku tidak mau bertemu denganmu lagi, karena kau sudah kuanggap seperti noonaku sendiri, aku takut noona menyukaiku bukan sebagai hoobae, tapi maaf noona, aku benar2 menyayangimu seperti noonaku ,”
“ahh~~ nee… noona tahu, seharusnya kau bilang kalau kau menyukai seseorang yua-ya.. sebagai sunbae noona akan membantumu, hahahaha.. nuguji??” wanita itu mencoba menenangkan badai yang tengah melanda hatinya.
“ahhh,, untunglah noona bias mengerti.” Senyum lebar terkembang di wajah laki2 itu.
Wanita itu tersenyum tipis. “kau ini memangnya apa yang kau pikirkan haaah~~!! Kau pikir aku akan mengencanimu begitu?” wanita itu sekuat tenaga menahan hatinya, meredakan badai yang semakin kencang di hatinya.
Diacaknya pelan rambut laki2 di sampingnya. “YAA~!! Nuguji?” Tanya wanita itu sekali lagi.
“dia sekelas denganmu noona, hyelim.. jang hyelim.” Jawab laki2 itu malu2.
“ahhhhh, hyelim??? Howaaaa,,, seleramu bagus juga..” jawab wanita itu dgn berat hati.
Hyelim, jung rie tidak pernah berani membandingkan dirinya dengan hyelim. Anak orang kaya yang sangat cantik dan berbakat itu tentu tidak akan bisa sebanding dengannya.
Jung rie menggangguk pelan serta melambaikan tangannya ke arah yua yang berpamitan padanya.
“anneyong~~ halsuisseo~!!” jung rie memberinya senyum terlebar yang pernah dia berikan saat hatinya benar2 sudah hancur dengan serangan badai baru saja.
Jung rie memeluk erat lututnya dan membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya.
Daun2 musim gugur berjatuhan di baju dan rambutnya.
Jinyoung berjalan mendekatinya dengan dua kaleng kopi di tangannya.
“YAA~~!! Minumlaaahh,, mungkin bias menghangatkan hatimu..”
Jinyoung menepuk pelan pundak jung rie, jung rie mengangkat kepalanya dan dengan sigap menangkap kaleng kopi yang di jatuhkan jinyoung padanya.
“sejak kapan kau disini??” Tanya jung rie dgn nada panic
“kurasa cukup sampai aku mendengar kau tetap mempertahankan harga dirimu hanya untuk lelaki seperti dia, bahkan saat dia benar2 merendahkanmu..” jawab jinyoung sambil menyeruput kopinya
“mworago~~!!” bentak wanita itu pelan
Jinyoung benar, hal yang akan sangat sulit dia tunjukkan adalah sisi lemahnya sebagai wanita.
Hanya jinyoung, hanya dia yang tahu dan yang menyadarinya.
Jung rie hanya diam dan mulai membuka kaleng kopinya, menyeruputnya sebentar.
“bukankah hidup itu begitu adil?” Tanya jung rie sambil menatap langit luas di hadapannya
Jinyoung menoleh ke arahnya, dilihatnya wanita itu menatap langit luas yang membentang di atas mereka.
“aku benar2 membecimu jung rie-a…” jawab jinyoung
“tentu saja,” jawab jung rie santai.
“tapi kadang aku mengagumi sifat keras kepalamu itu, kau benar2 tidak akan pernah membiarkan orang melihat sisi lemahmu, tapi aku juga membenci hal itu,,”
“kurasa kau terlalu banyak minum kopi, jinyoung-a..” jawab jung rie santai, diteguknya lagi kopi ditangannya.
“kau tahu, bahkan langit yang kau pandangi itu, yang jauh lebih kuat darimu saja kadang dia tidak pernah menolak datangnya hujan. Karena setelahnya aka nada langit kuat yang akan muncul lagi, tidak aka nada bedanya” terang jinyoung panjang lebar.
Jung rie tersenyum kecil. Bulir2 air itu mulai mengalir di pelupuk matanya.
Dia menangis pelan. Membiarkan air mata yang telah mengantri untuk turun itu mengalir secara perlahan.
“toh hujan tidak akan menyakiti langit, sederas apapun hujan itu.” Tambah jinyoung.
Jung rie menarik lututnya dan menenggelamkan wajahnya kedalamnya. Menangis sesenggukan.
Jinyoung tersenyum kecil dan meraih tubuh mungil di depannya. Di dekapnya erat.
“menangislah sampai kau puas,” jinyoung mengelus pelan rambut dan punggung jung rie.
Sejam kemudian jung rie menggeliat mencoba melepas pelukan jinyoung.
Jinyoung melepas pelukannya dan tersenyum kecil menatap jung rie.
“bagaimana kalau kita pulang?” tawar jinyoung.
“sebentar..” jawab jung rie.
Jinyoung hanya mengangguk pelan dan mengambil tempat di samping jung rie.
“kadang aku merasa begitu beruntung menjadi sahabatmu sejak kecil, karena hanya kau yang dapat melihatmu seutuhnya, kau marah, kau tertawa seperti orang gila, dan bahkan saat kau menangis, dimana tidak ada orang lain yang pernah tahu kau menangis, akulah orang itu, satu2nya orang yang melihatmu menangis di hadapanku..” jinyoung tersenyum simpul.
“karena kau sahabatku,” jawab jung rie sedikit parau
Jinyoung terkikik pelan.
“ayo kita pulang, aku lelah..” ajak jung rie.
Jinyoung mengangguk pelan, berdiri dan berjalan menuju tempat parkir dengan tangan yang memeluk bahu jung rie erat.
***
“jung rie, bisakah kau keluar 5mnt saja?” terdengar suara jinyoung sedang mabuk diseberang sana.
“yaaaa~~!!! Sejak kapan kau suka minum?? Haaaahh~~~!!! Mwhohaeeee~!!!!” bentak jung rie
“aniyaaaa~~!! Aku tidak mabuk, bisakah kau temui aku di taman 5mnt lagi??” pinta jinyoung
“arasseo arasseoo,, jinca~!!” jawab jung rie kesal.
Jung rie mengambil jaketnya dan berjalan keluar dari apartemennya menuju taman di depan apartemennya.
Sesampainya di taman dilihatnya jinyoung dengan coat hitam pemberian jung rie di ultahnya yang ke 18 lalu sedang duduk sendiri di taman.
Jung rie mempercepat langkahnya dan segera duduk di samping jinyoung.
“ohhh,, wasseo.” Sapa jinyoung.
Aroma soju sedikit tercium dari mulutnya.
“aku benar2 tidak mengerti kau berubah sedrastis akhir2 ini” protes jung rie
“ne???” jinyoung terkejut dengan pertanyaan jung rie.
“kau berubah~!!” bentak hyeo rie
“jinyoung yang kukenal tidak pernah melampiaskan masalahnya dengan minum, kau bukan jinyoung~!!” bentak jung rie.
Dia berdiri dan berniat meninggalkan jinyoung. Jinyoung menarik tangan jung rie dan memaksanya untuk berdiri saling berhadapan.
Mata jung rie terlihat sedikit berkaca.
“aku bahkan tidak melakukan apa2 kau sudah hamper menangis.” Protes jinyoung.
“AYO PULANG~!!” bentak jung rie lebih keras.
Jinyoung mengambil buket bunga yang dia letakkan di samping kursi. Jung rie hanya diam dan melihatnya.
“ambillah, untukmu..” jinyoung memberikan bunga itu pada jung rie.
“aku tidak menerima bunga dari orang mabuk,” jawab jung rie ketus. Dibuangnya bunga itu begitu saja.
Jinyoung mengambil bunga itu, membersihkan dan merapikannya.
Terdengar sedikit nada pelan mengalun dari bibirnya.
“I drank a little today I have something to tell you will you come out in 5 minutes ?
I have a wish
What were you doing it’s late but will you come outside ?
I’m sitting in the playground around your house
I met with my friends and had a drink after a long time
But i kept thinking of your face
That i recklessly came running
Do you not know how i feel ?
I’ve only been thinking about you like a crazy person lately
With no reason i like you more and more
No i’m not drunk
Really i really love you
I want you to the point of tears
Did you really not know ?
I’d often call you fooling around and gaining your interest
As i asked you what you were doing on the weekends
And even once in a while even the presents I said
I bought for my sister but decided to give you instead
I bought them for you
Do you not know how i feel ?
I’ve only been thinking about you like a crazy person lately
With no reason i like you more and more
No i’m not drunk
Really i really love you
It’s true believe me
If you’re surprised by what i suddenly said sorry
Its natural that you’re burdened i understand you
But will you also understand my confession ?
Don’t answer me right away
Will you go out with me for just one week ?
I want to do well with no regrets
If you still don’t like me afterwards, i’ll give up then
I won’t bother you, i’ll hurt alone
It’s true that i’m…
(I’m not doing this because i’m drunk… I love you) loving you”
Jinyoung memberikan kembali bunga ditangannya pada jung rie.
“tahukah kau, bahkan ketika bunga ini kau buang,, harumnya tidak akan pernah hilang begitu saja..” tegas jinyoung.
Jung rie menatapnya tidak percaya.
Walau sebenarnya jauh setelah jinyoung mengungkapkan perasaannya untuk pertama kali padanya, dia mulai menyadari keberadaan jinyoung yang tidak akan bisa dia katakan sebagai sahabat lagi.
Tapi dia selalu menahan dirinya untuk tidak jatuh. Dia tidak pernah membayangkan hidupnya tanpa jinyoung jika mereka harus berapacaran dan ketika mereka harus mengakhiri hubungan asmara mereka yang kemungkinan akan menghancurkan persahabatannya juga.
Jung rie tidak pernah ingin hal itu terjadi. Baginya jinyoung adalah segalanya sejak kematian kedua orang tuanya.
Hanya jinyoung, hanya jinyoung yang selalu ada. Jung rie benar2 tidak pernah menyiapkan hidupnya untuk kehilangan jinyoung.
Jinyoung tertawa kecil mendengar alasan jung rie.
“aku tidak pernah percaya kau akan berfikir seperti itu.”
Jinyoung tertawa terbahak-bahak.
Jung rie memukul pelan bahu jinyoung.
“YAAA~~!!!! BERHENTI TERTAWA ATAU AKU AKAN PERGI~~!!!” bentak jung rie.
Jinyoung berhenti tertawa dan menatap jung rie.
“lalu?” Tanya jinyoung
“kau bilang hanya seminggu kan?? Mungkin aku bisa mempertimbangkannya…”
Jinyoung menarik cepat wajah jung rie dan menciumnya lembut sesaat.
Jung rie hanya diam dengan mata yang terbelalak.
“berhentilah untuk mempertimbangkannya saat matamu benar2 mengatakan bahwa hal seperti ini tidak perlu dipertimbangkan.”
“mwoooo~~~!!!!!” bentak jung rie
Jinyoung menciumnya sekali lagi.
Jung rie menjauhkan tubuh jinyoung dengan paksa.
“YAAA~~!!!! MWOHAE~~!!!”
Jinyoung menarik kepalanya sekali lagi.
“BERHENTI MENOLAKNYA BAHKAN KETIKA MATAMU BENAR2 TERLIHAT MEMOHONNYA DAN BAHKAN KETIKA BIBIRMU MENGINGKANNYA~!!”
Jinyoung mencium jung rie sekali lagi.
Jung rie menahan tawanya saat jinyoung menciumnya.
“YAAAA~~!!” bentak jinyoung.
Jung rie tertawa terbahak-bahak dan berjalan pergi meninggalkan jinyoung.
Diayunkannya bunga pemberian jinyoung di atas kepalanya.
“jemput aku jam 8 besok, aku ingin naik scooter dengan pacar baruku…” teriak jung rie.
“cissss… bahkan dengan pacarmu, kau tidak akan membiarkan dia mengendalikanmu.. benar2 kau jung rie” keluh jinyoung.
Jinyoung tersenyum lebar dan berjalan pulang dengan girangnya. Senyum tak henti2nya terkembang di wajahnya.
“yaaa~~ scoopy-ya~~ besok kau harus bekerja lebih baik, karena besok kau harus membawa aku dan pacarku dengan baik..”
Jinyoung tersenyum lebar saat melihat scooternya di garasi rumahnya.
“haaaaaaaaaaahhhhh~~~ akhirnyaaa~~~ hahahahahaha”
Jinyoung tersenyum lebar, masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya. Tak sabar menunggu hari esok.